Esok hari (Senin, 12 Oktober
2015) Hadiah Nobel untuk Ilmu Ekonomi akan diumumkan pemenangnya. Kali ini saya
akan menulis mengenai cerita dari seorang Nobel Laureate mengenai Nobel Laureate yang lain.
Beberapa waktu lalu saya
mengunduh aplikasi Bookmate dan
iseng-iseng mencari buku A Beautiful Mind karya Sylvia Nasar yang bercerita
tentang seorang matematikawan besar pemenang Nobel Ekonomi tahun 1994, John
Nash (saya sudah pernah membaca terjemahannya ketika kuliah dulu). Saya
putuskan untuk membaca bagian awalnya saja di aplikasi tersebut.
Minggu lalu, saat waktu luang di kantor
saya iseng membaca list publikasi Robert B. Myerson (pemenang Nobel Ekonomi
2007) dan menemukan salah satu artikelnya mengenai kontribusi John Nash dalam
Ilmu Ekonomi (judul aslinya Nash Equilibrium
and the History of Economic Theory).
Setelah membacanya banyak hal menarik yang mungkin beberapa mahasiswa ekonomika
perlu ketahui mengenai Nash dan sejarah perkembangan Ekonomika, tidak hanya
sebatas Nash Equilibrium saja.
Nash, seorang yang belajar matematika,
menulis disertasi yang hanya 23 halaman dan 3 referensi yang di kemudian hari
akan berpengaruh besar dalam ilmu ekonomi. Myerson menyebut bahwa pemikiran
Nash mengenai noncooperative games
adalah salah satu kemajuan yang sangat besar dalam ilmu pengetahuan abad 20. Beberapa
poin yang menarik bagi saya dalam artikel tersebut adalah bahwa Myerson menganggap
Nash mengubah bagaimana Ekonomika bekerja yang sebelumnya didominasi
oleh Price Theory (ekonomi mikro).
Untuk memahami bagaimana
kontribusi Nash dalam ekonomika, Myerson membawa kita untuk mengenali Ekonomika
sebelum masa Nash mulai dari Adam Smith. Ekonomika pada masa sebelum Nash
dominan mempelajari bagaimana arus uang dan barang serta dinamikanya, meski istilah
ekonomi pada awalnya digunakan oleh para filsuf Yunani untuk mempelajari institusi
yang lebih luas. Myerson menganggap bahwa hal ini jelas karena arus uang dan barang adalah
yang paling quantifiable sehingga logis jika dikembangkan
sebuah cabang filosofi moral yang analitis dengan perangkat matematikanya yang
fokus pada perihal aliran uang dan barang. Kemudian, Ekonomika memasuki babak
baru lagi ketika revolusi marjinalis (mahasiswa ekonomika harusnya familiar
dengan pemikiran Alfred Marshal dkk ini) mengembangkan secara analitis
penawaran dan permintaan dengan kerangka rational-competitive
decision making. Ekonom kemudian ‘berekspansi’ untuk mempelajari banyak hal
dengan kerangka rasional tersebut. Namun, hal ini memerlukan kerangka yang
lebih umum. Disinilah game theory
berkembang.
Pada dasarnya benih awal Game
Theory sudah dikembangkan sejak lama dalam social
science sejak Machiavelli dan Hobbes. Namun, secara matematik Cournot dianggap
pengembang pertamanya (mahasiswa ekonomi akan familiar dengan konsep oligopoli Cournot
dimana perusahaan bersaing dengan menentukan tingkat output optimalnya dengan
mempertimbangkan produksi perusahaan lain). Hasil analisis ini dianggap beberapa pihak mirip dengan Nash Equilibrium,
sehingga Nash Equilibrium mesti disebut Cournot-Nash Equilibrium. Myerson
tidak setuju mengenai hal ini, karena apa yang dikembangkan Cournot spesifik
pada masalah oligopoli saja, berbeda dengan Nash yang mengembangkan secara
umum. Model Cournot bukan merupakan model umum untuk mempelajari noncooperative
games. Kemudian, dilanjutkan pengembangannya oleh Borel (ini saya juga baru
dengan namanya). Lalu muncul satu nama yang terdengar tidak asing, von Neumann dan Morgensten.
Myerson mengatakan bahwa Nash
telah membawa Ekonomika ke tingkat yang lebih tinggi, dengan memperluas
landasan ontologis ekonomika dan mengembangkan landasan epistemologisnya. Seperti
yang telah disinggung dan dipelajari mahasiswa ekonomika, sebelum Nash Ekonomika fokus pada pengembangan mengenai ilmu aliran uang dan barang. Objek
ilmu ekonomi tersebut dipelajari dengan menggunakan aljabar linear dan kalkulus
(Matematika). Kontribusi Nash dan para pendahulunya menurut Myerson adalah
menjadikan Ekonomika mengalami redefinisi apa yang ia pelajari. Ekonomika tidak
lagi hanya mempelajari aliran uang dan barang, namun kini mempelajari bagaimana
bagaimana masalah sosial yang lebih umum, dalam kerangka noncooperative games, kompetisi,
dan kerja sama. Myerson menyebutnya sebagai
“the study of rational competitive behavior in any
institution of society”. Kini, sebagai mahasiswa ekonomika kita bisa menjelaskan
banyak hal dengan menerapkan konsep ekonomi, termasuk kenapa ada jomblo dan
apakah optimal keputusan saya untuk mengirim teks duluan atau tidak, dan
hasilnya terhadap proses PDKT (bukan curhat). Jadi, mahasiswa ekonomika tidak
lagi urusannya tentang uang (siapa juga yang bilang gini, eh). Oh ya, saya
tidak tahu bagaimana Myerson menganggap kontribusi Gary S. Becker yang juga
banyak mengaplikasikan konsep ekonomi ke masalah sosial lain. Nash, tentu dengan
para pendahulunya, membawa landasan ontologis yang lebih luas dalam ekonomika.
Secara metode, Nash dan
pendahulunya juga membawa kita pada metode berbeda dalam memperlakukan analisis ekonomi. Bahkan, pengembangan analisis keseimbangan umum oleh Debreu dan
Arrow pada era selanjutnya dianggap terinspirasi dari pengembangan noncooperative games pula (jangan lupa
Nash Equilibrium dan General Equilibrium, secara matematis keduanya dibuktikan dengan
Fixed point theorem!). Sekali lagi, Nash menjadikan ekonomika menjadi lebih
sulit karena harus belajar real analysis dan topology membawa Ekonomika ke tahap
metodologi lebih maju.
Jika di disiplin Fisika pada
ahlinya sibuk mencari mengenai unifikasi teori, maka Myerson menyebut pemikiran
Nash dan pendahulunya mengenai noncooperative games merupakan unifikasi dalam social science.
Oh ya, di makalah ini terdapat pula bagaimana Myerson menganggap
mengapa asumsi individu rasional itu penting (buat bahan twitwar teman-teman).
Silahkan, ini link papernya. Setelah membaca lagi, saya baru tahu ternyata itu dipublish di Journal of Economic Literature.