Jika disuruh memilih antara segera lekas pulang ke Semarang dengan mengorbankan waktu pasca lebaran untuk bersilaturahmi dengan saudara dan teman atau memilih membolos kuliah untuk beberapa hari dengan mengorbankan kenikmatan libur lebaran? Mana yang lebih masuk akal untuk dikorbankan? Analisis manfaat dan kerugian dalam hal ini menjadi sangat dibutuhkan, terutama bagi adik-adik kelas yang baru masuk di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip.
Dalam konteks pengorbanan, ada konsep menarik mengenai hal tersebut, yaitu opportunity cost. Konsep ini berkaitan dengan hilangnya peluang untuk melakukan suatu hal jika kita memilih hal lain sebagai alternatif. Tentu saja dalam hal ini, waktu kuliah adalah opportunity cost dari menikmati lebaran lebih lama di kampung halaman.
Sungguh sangat disayangkan apa yang terjadi dan terus terjadi di lingkungan kita, yaitu masalah sosialisasi informasi yang tidak benar-benar efektif. Salah satu yang membuat tidak terbantunya aktor dalam membuat suatu keputusan secara rasional. Tentu saja seorang pemilih dapat mempertimbangkan pilihan yang paling menguntungkan dan mengabaikan kerugian yang dideritanya, tetapi ada yang lebih berhati-hati dengan mempertimbangkan aspek kerugian dan bersedia meninggalkan manfaat dari pilihan. Meminjam istilah rasionalitas terbatas (bounded rationality) yang dikemukakan oleh Herbert Simon, rasionalitas dalam setiap pengambilan keputusan dapat dimulai apabila seseorang memiliki kesempatan untuk melakukan identifikasi sehingga memperoleh kecukupan informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi terhadap sejumlah pilihan yang terbatas.
Memilih untuk membolos kuliah, dari pengalaman penulis, memiliki konsekuensi logis yaitu kehilangan waktu untuk bertatap muka dengan dosen untuk pertama kalinya. Perlu diketahui, saat-saat pertama kali dosen masuk kelas adalah momen paling tepat untuk mendengarkan berbagai cerita motivasi atau ‘kesombongan’ yang dapat memotivasi diri kita, selain itu pertemuan pertama adalah saat yang tepat untuk membangun kecintaan terhadap mata kuliah yang diampu oleh si dosen. Lebih jauh, pertemuan pertama dapat pula diisi dengan kontrak kuliah dan penjelasan mengenai literatur dan tips belajar yang baik.
Namun, pilihan ini juga mengandung masalah bagi mahasiswa perantau yang tinggal nun jauh dari kampus tercinta, yaitu kehilangan waktu bersilaturahmi dengan saudara keluarga dan teman tercinta. Apalagi jika waktu yang ditetapkan yaitu seminggu setelah lebaran harus masuk kuliah!
Bisa dibayangkan mahasiswa harus menetapkan pilihan di waktu yang sempit dan tekanan yang cukup untuk membuat keputusan yang kurang rasional, lebih lagi masalah tiket transportasi, kapal atau pesawat.
Sebagai mahasiswa yang pernah mengalami hal semacam ini, adik-adik mahasiswa yang lain perlu mempertimbangkan berbagai konsekuensi dan akibat dari pilihan tersebut. dan tentu saja harus menyedot berbagai informasi dari senior-senior agar tidak terjadi pilihan yang kalian buat menjadi tidak optimal.