2015/10/11

Nash dan Ilmu Ekonomi

Esok hari (Senin, 12 Oktober 2015) Hadiah Nobel untuk Ilmu Ekonomi akan diumumkan pemenangnya. Kali ini saya akan menulis mengenai cerita dari seorang Nobel Laureate mengenai Nobel Laureate yang lain.

Beberapa waktu lalu saya mengunduh aplikasi Bookmate dan iseng-iseng mencari buku A Beautiful Mind karya Sylvia Nasar yang bercerita tentang seorang matematikawan besar pemenang Nobel Ekonomi tahun 1994, John Nash (saya sudah pernah membaca terjemahannya ketika kuliah dulu). Saya putuskan untuk membaca bagian awalnya saja di aplikasi tersebut.

Minggu lalu, saat waktu luang di kantor saya iseng membaca list publikasi Robert B. Myerson (pemenang Nobel Ekonomi 2007) dan menemukan salah satu artikelnya mengenai kontribusi John Nash dalam Ilmu Ekonomi (judul aslinya Nash Equilibrium and the History of Economic Theory). Setelah membacanya banyak hal menarik yang mungkin beberapa mahasiswa ekonomika perlu ketahui mengenai Nash dan sejarah perkembangan Ekonomika, tidak hanya sebatas Nash Equilibrium saja.

Nash, seorang yang belajar matematika, menulis disertasi yang hanya 23 halaman dan 3 referensi yang di kemudian hari akan berpengaruh besar dalam ilmu ekonomi. Myerson menyebut bahwa pemikiran Nash mengenai noncooperative games adalah salah satu kemajuan yang sangat besar dalam ilmu pengetahuan abad 20. Beberapa poin yang menarik bagi saya dalam artikel tersebut adalah bahwa Myerson menganggap Nash mengubah bagaimana Ekonomika bekerja yang sebelumnya didominasi oleh Price Theory (ekonomi mikro).

Untuk memahami bagaimana kontribusi Nash dalam ekonomika, Myerson membawa kita untuk mengenali Ekonomika sebelum masa Nash mulai dari Adam Smith. Ekonomika pada masa sebelum Nash dominan mempelajari bagaimana arus uang dan barang serta dinamikanya, meski istilah ekonomi pada awalnya digunakan oleh para filsuf Yunani untuk mempelajari institusi yang lebih luas. Myerson menganggap bahwa hal ini jelas karena arus uang dan barang adalah yang paling quantifiable sehingga logis jika dikembangkan sebuah cabang filosofi moral yang analitis dengan perangkat matematikanya yang fokus pada perihal aliran uang dan barang. Kemudian, Ekonomika memasuki babak baru lagi ketika revolusi marjinalis (mahasiswa ekonomika harusnya familiar dengan pemikiran Alfred Marshal dkk ini) mengembangkan secara analitis penawaran dan permintaan dengan kerangka rational-competitive decision making. Ekonom kemudian ‘berekspansi’ untuk mempelajari banyak hal dengan kerangka rasional tersebut. Namun, hal ini memerlukan kerangka yang lebih umum. Disinilah game theory berkembang.

Pada dasarnya benih awal Game Theory sudah dikembangkan sejak lama dalam social science sejak Machiavelli dan Hobbes. Namun, secara matematik Cournot dianggap pengembang pertamanya (mahasiswa ekonomi akan familiar dengan konsep oligopoli Cournot dimana perusahaan bersaing dengan menentukan tingkat output optimalnya dengan mempertimbangkan produksi perusahaan lain). Hasil analisis ini dianggap beberapa pihak mirip dengan Nash Equilibrium, sehingga Nash Equilibrium mesti disebut Cournot-Nash Equilibrium. Myerson tidak setuju mengenai hal ini, karena apa yang dikembangkan Cournot spesifik pada masalah oligopoli saja, berbeda dengan Nash yang mengembangkan secara umum. Model Cournot bukan merupakan model umum untuk mempelajari noncooperative games. Kemudian, dilanjutkan pengembangannya oleh Borel (ini saya juga baru dengan namanya). Lalu muncul satu nama yang terdengar tidak asing,  von Neumann dan Morgensten.

Myerson mengatakan bahwa Nash telah membawa Ekonomika ke tingkat yang lebih tinggi, dengan memperluas landasan ontologis ekonomika dan mengembangkan landasan epistemologisnya. Seperti yang telah disinggung dan dipelajari mahasiswa ekonomika, sebelum Nash Ekonomika fokus pada pengembangan mengenai ilmu aliran uang dan barang. Objek ilmu ekonomi tersebut dipelajari dengan menggunakan aljabar linear dan kalkulus (Matematika). Kontribusi Nash dan para pendahulunya menurut Myerson adalah menjadikan Ekonomika mengalami redefinisi apa yang ia pelajari. Ekonomika tidak lagi hanya mempelajari aliran uang dan barang, namun kini mempelajari bagaimana bagaimana masalah sosial yang lebih umum, dalam kerangka noncooperative games, kompetisi, dan kerja sama.  Myerson menyebutnya sebagai “the study of  rational competitive behavior in any institution of society”. Kini, sebagai mahasiswa ekonomika kita bisa menjelaskan banyak hal dengan menerapkan konsep ekonomi, termasuk kenapa ada jomblo dan apakah optimal keputusan saya untuk mengirim teks duluan atau tidak, dan hasilnya terhadap proses PDKT (bukan curhat). Jadi, mahasiswa ekonomika tidak lagi urusannya tentang uang (siapa juga yang bilang gini, eh). Oh ya, saya tidak tahu bagaimana Myerson menganggap kontribusi Gary S. Becker yang juga banyak mengaplikasikan konsep ekonomi ke masalah sosial lain. Nash, tentu dengan para pendahulunya, membawa landasan ontologis yang lebih luas dalam ekonomika.

Secara metode, Nash dan pendahulunya juga membawa kita pada metode berbeda dalam memperlakukan analisis ekonomi. Bahkan, pengembangan analisis keseimbangan umum oleh Debreu dan Arrow pada era selanjutnya dianggap terinspirasi dari pengembangan noncooperative games pula (jangan lupa Nash Equilibrium dan General Equilibrium, secara matematis keduanya dibuktikan dengan Fixed point theorem!). Sekali lagi, Nash menjadikan ekonomika menjadi lebih sulit karena harus belajar real analysis dan topology membawa Ekonomika ke tahap metodologi lebih maju. 

Jika di disiplin Fisika pada ahlinya sibuk mencari mengenai unifikasi teori, maka Myerson menyebut pemikiran Nash dan pendahulunya mengenai noncooperative games merupakan unifikasi dalam social science.

Oh ya, di makalah ini terdapat pula bagaimana Myerson menganggap mengapa asumsi individu rasional itu penting (buat bahan twitwar teman-teman). Silahkan, ini link papernya. Setelah membaca lagi, saya baru tahu ternyata itu dipublish di Journal of Economic Literature.

2 komentar:

  1. Luar Biasa dan sangat bermafaat buat masa yang akan datan semangat untuk selalu belajar.

    BalasHapus